Sebelum sedotan buatan ditemukan, orang menggunakan batang pohon
gandum untuk menyedot minuman. Anak-anak di Indonesia mungkin
menggunakan batang padi. Tahun 1880-an, seorang pemilik pabrik kertas
rokok di Amerika Serikat bernama Marvin C Stone membuat sedotan yang
pertama. Selembar kertas digulung pada sepotong pensil, kemudian dilem.
Sayang belum bisa digunakan karena basah bila terkena air.
Dia kemudian menggunakan kertas manila yang dilapisi lilin sehingga
tahan air. Stone memang jeli membidik peluang. Dia meneliti ukuran ideal
sebuah sedotan. Menurutnya, sebaiknya panjang sedotan sekitar 21,25 cm
menyesuaikan jarak meja dengan bibir. Adapun diameter lubang lebih kecil
dari biji lemon. Ini untuk menghindari biji jeruk turut terisap dari
minuman.
Temuan sepele ini memperoleh paten pada 3 Januari 1888. Stone banting
stir, mengubah pabrik kertas rokok miliknya menjadi pabrik sedotan. Tak
lama kemudian dia berhasil menciptakan mesin otomatis, sedotan tak
lagi buatan tangan. Dengan produksi massal, dia memperoleh keuntungan
besar.
Kini penggunaan sedotan semakin luas. Bentuk dan modelnya beragam,
termasuk yang bisa dibengkokkan. Dokter dan laboran menggunakan sedotan
kaca untuk mengambil obat agar tak terkontaminasi tangan dan udara
kotor.
Tahun 2006 ilmuwan Denmark bernama Torben Vestergaard Frandsen
menciptakan apa yang disebut dengan lifestraw (sedotan kesehatan).
Bentuknya sama, namun di bagian tengah dibuat mblenduk. Bagian itu
berisi saringan, iodium, dan karbon aktif. Meski yang disedot air kotor,
setelah melewati penyaring menjadi bersih dan bebas bakteri. Konon aman
untuk minum dari air sungai yang kotor.
Sedotan kesehatan dijual 3,5 dolar (sekitar 32 ribu rupiah) perbiji.
Mahal juga ya? Namun bisa digunakan berulang-ulang hingga kapasitas 700
liter atau masa pakai enam bulan hingga setahun.
Saat ini sedotan menghadapi isu lingkungan. Masyarakat modern
cenderung menghindari perkakas plastik karena merupakan partikel
nonreversible (tak bisa diurai) sehingga mencemari lingkungan. Para
pengguna juga khawatir, bahan plastik yang bermutu rendah membahayakan
kesehatan. Terutama saat digunakan pada air panas, zat-zat beracun larut
kemudian terminum. Dampaknya adalah penyakit kanker yang mematikan.
0 komentar:
Posting Komentar