Pada
suatu hari, ketika aku selesai dari pekerjaanku dan sedang bersantai-santi di ruang kerjaku, ku d
kagetkan oleh sebuah surat yang di sodorkan oleh pegawai yang bekerja di sini.
Awalnya aku merasa heran, karena jarang sekali seorang dokter yang menerima
surat di ruang kerjanya, tetapi karena pengirimnya teman kenalanku yang bernama
“zainal”, sekarang dia telah menjadi direktur perusahaan, jadi aku tak heran
jika menerima surat di kantorku. Tanpa basa basi lagi akupun membuka, dan
membaca isi surat tersebut. Surat tersebut memberitahuku bahwa “zainal”
mengundangku ke acara penrnikahannya di gedung “Mount village” bertapatan di
gunung bunder, “wah pasti acaranya sangat mewah ya” gumamku.
Karena
temanku ini sangat terkemuka, pasti
orang-orang penting seperti sahabatku ini di undang, karena sahabatku ini orang
yang sangat penting yang membawa perubahan peradaban di bogor dan sangat
terkenal di Indonesia. Untuk memastikannya akupun menelepon sahabatku yang tak
lain ialah “Reza”. Ketika ku menelponnya aku bertanya padanya apakah kamu
mendapat undangan dan akan hadir dalam acara itu, “insyaallah” reza menjawab
dengan santai, dan kami pun sepakat untuk berangkat bersama ke acara tersebut.
Suatu
malam, hari di saat acara itu di laksanakan, banyak bintang yang bertaburan di
langit bagaikan kismis yang bertaburan pada roti yang dikatakan oleh Rutherford
pada teori atomnya. Akupun berangkat menjemput sahabatku. Sama yang dikatakan
tsebelumnya bahwa sahabatku ini oang yang sangat terkemuka, dia telah menjadi
sahabatku menjadi sejak SMA, karena kecerdasan dan ketenangannya dalam suatu
masalah, ia menjadi orang yang bisa merubah bogor raya ini menjadi orang-orang
baik. Dia bercita-cita untuk menjadikan Indonesia menjadi peradaban dunia, yang
berisikan orang-orang yang baik dan menciptakan kedamaian dunia.
Ketika
diriku sampai di rumahnya, aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam,
“assalamualaikum”, terdengar balasan salam yang suaranya bagaikan air yang
mengalir, “waalaikumsalam”. Pintu rumah itu terbuka dan terlihatlah seorang
pemuda yang sangat gagah dan terlihat berwibawa menyambutku, dialah sahabatku
yang bernama “Reza”. Dia mempersilahkan diriku duduk sambil berkata “wah zaky,
gimana kabarnya, sehat?”, “Alhamdulillah sehat” jawabku, “kalau kamu sendiri
gimana kabarnya?” Tanyaku, “Alhamdulillah allah masih memberikanku kesehatan”
jawabnya sambil menuangkan teh dan melanyuguhiku the manis dan kue brownis.
Didalam rumahnya kami berbincang-bincang dan bersiap untuk berangkat ke acara
pernikahan teman kami.
Tak
terasa waktu telah berlalu, kita pun langsung menaiki ford milikku yang sering
ku pakai tadi, ketika di tengah jalan dia bertanya padaku “bagaimana perasaanmu
jika kamu telah menemukan sesuatu sangat impi-impikan telah di temukan?”,”
kalau menurutku sih pasti sangat bahagia, memangnya ada apa? Sampai-sampai kamu
menanyakan hal seperti itu?”, ”ya sebenarnya, allah telah mentadirkan aku telah menemukan pasangan
hidup ku”, ”Alhamdulillah, wah ditunggu aja ya traktirannya loh” sambil tertawa
kecil, “orangnya kaya gimana rez?” tanyaku, “nanti saja kita lihat, dia ikut
hadir di acara ini”, “ok!”.
Di
tengah jalan kami berhenti sejenak, untuk menikmati pemandangan dari gunung
bunder, dan tak disangka-sangka pemandangan yang kulihat di jepang, campuran
salju dengan sinar matahari yg di namakan diamond dust hampir sama dengan yang
kulihat disini. “subhanallah! Benar-benar indah ciptaan allah ini, kelap-kelip
cahaya bintang bercampur dengan lampu rumah bagaikan diamond dust yang
berkilauan” ujarku. Setelah terpesona beberapa menit, Reza langsung mengajakku
melanjutkan perjalanan, dan tidak lama kemudian kita pun sampai di gedung
“Mount village”, tempat berlangsungnya pernikahan teman kami.
Ketika
kami memasuki gedung, kami banyak berjumpa dengan teman-teman kami sewaktu SMA,
salah satunya adalah Rifa’i, Alhamdulillah dia sakarang telah menjadi seorang
petani yang termakmur di Indonesia karena kepintarannya dalam memanajemennya,
ada juga yang telah menjadi seorang arsitektur, yang telah mendesain
mejid-mesjid di kota bogor dan sarana umum lainnya, ia bernama Arif rahman.
Sungguh takkalah luarbiasanya mereka, dan masih banyak lagi teman-teman SMA
kita yang telah sukses.
Sebelum
acara di mulai, ada seseorang menuju pada kita, dan dia mengajak kita untuk
bertemu dengan teman kami yang akan menikah kali ini, yang tak lain ialan
Zainal. Kami di tuntun menuju sebuah ruang yang salah satunya ruang rias
pengantin. Disana kami bertemu dengan Zainal yang sedang di rias oleh piñata
rias, “Assalamualaikum” ucap Reza, “waalaikumsalam” jawab Zainal, “gimana
kabarnya zai? Dah siap nikah nih ceritanya?” tanyaku sambil tertwa kecil,
“Alhamdulillah, sudah siap nih, oh iy syukron ya sudah datang di acara
pernikahanku ini, maaf ya kalau merepotkan.”, “tenang aja kita pasti datang,
ini kan acara sekali seumur hidup, itu juga kalau kamu ga nikah lagi” jawabku
sambil tertawa, “ iya tenang aja, lagi pula kita sedang libur, jadi insyaallah
tidak mengganggu kerja atau yang lainnya” jawab Reza, ”oh iya, ternyata seneng ya
kalau yang datang itu orang-orang baik semua, dan orang-orang yang pernah
membantu saya.” ujar Zainal, “alhamdulillah, kalau kita baik, pasti yang datang
juga pasti yang baik-baik, begitupun sebaliknya, oleh karena itu kita harus
selalu bersyukur dan selalu berbuat baik” jawab Reza, “sip!” kita berdua
serempak.
Tiba-tiba
Zainal terlihat resah, dan berkata “wah maaf ya aku akan merepotkan kalian
lagi”, “tenang saja Zai, kita insyaallah akan membantu sebisa kami” jawabku
“iya ga Rez?”, “insyaallah pasti, memangnya apa yang membuat kamu resah?” tanya
Reza, “begini, sebelum acara pernikahan di mulai, tiba-tiba datang surat yang berisikan
ancaman” sambil menyerahkan sepucuk surat pada Reza, di dalamnya berisi
ancaman “aku pasti akan bisa menculik
permaisurimu dengan cepat secepat cahaya, dahsyatnya seperti api, dengan datangnya petir yang menyambar”,
“apakah kamu telah melaporkan surat ini pada polisi?” tanya Reza, “sudah
tetapi, mereka hanya menganggap itu hanya surat mainan, atau orang yang iri
saja, jadi harapanku hanyalah kalian berdua, pasangan detektif sejak SMA.”,
“tenang saja kita berdua akan menyelidikinya dan berjaga-jaga jika ancaman ini
benar terjadi, menurutmu bagaimana rez?”, “pastinya ini akan menjadi hal yang
menarik”.
Ketika
acara akan dimulai, mereka menyudahi perbincangan mereka dan karena kita tidak mau
mengganggu acaranya, sebelum kita keluar, Zainal berkata “silahkan nikmati
sajian yang tersedia”, “tentu saja” jawabku, sambil tersenyum. Kita kembali
berjalan menuju lobby tempat berkumpulnya tamu-tamu undangan. Di jalan kami
melanjutkan kembali perbincangan, “wah terkadang kalau iri itu terkadang muncul
ya di hati manusia, entah orang yang imannya kuat, apalagi orang biasa”,
“memang benar, iri itu sudah menjadi penyakit manusia yang sulit terobati, kita
harus bisa ikhlas agar penyakit yang salah satunya itu iri bisa terobati, dan
jika kita bisa melewatinya, kita akan mendapat balasan yang lebih.”, “ya,
memang mengikhlaskan sesuatu itu terkadang sangat sulit, oh iya di mana orang
yang kamu ceritakan tadi? Katanya dia datang juga ke sini?” tanyaku, “ kalau
itu, dia ada di sana” sambil menuju pada orang yang sedang mengobrol dengan
teman-temannya.
Ketika
kami bertemu dengan salah seorang perempuan yang berpakaian rapih Reza
mengucapkan salam “Assalamualaikum”, “waalaikumsalam” balasnya lembut, “Zaky
ini dia akhwat yang akan menjadi pasangan hidupku ini”, “owh, ini orang yang
kamu ceritakan tadi waktu kita di jalan, benar-benar serasi ya dengan kamu”,
“terimakasih, sebelumnya perkenalkan nama saya Khoirun nisa, jika allah memang
benar-benar menjodohkan kami, insyaallah tidak lama lagi kita berdua akan
menikah”, “wah Rez, kamu tidak bilang-bilang juga nih mau langsung nikah?”,
“kalau memang sudah jodoh, tidak perlu menunggu-nunggu lagi, walaupun itu baru
rencana saja”, “betul-betul, saya berdo’a semoga kalian di lancarkan deh,
amin”, “terimakasih, oh iya gimana kalau kita menikmati hidangan yang sudah di
sediakan?, biar dapat pahala yang menyediakannya juga kan”, “boleh tuh, yu kita
pilih” jawabku.
Kamipun
melanjutkan perbincangan kami sambil menyantap hidangan prasmanan yang telah di
sediakan bersama dengan kawan-kawan, yang kebetulan sekali sedang menyantap
hidangan juga. Dalam acara ini Selain acara makan-makan, bagi orang-orang yang
ingin mengabadikannya bisa ikut foto bersama-sama. Ketika kami sedang manyantapnya,
Reza berkata “Zaky, apa kamu merasa aneh? Aku merasakan orang-orang yang
mencurigakan akan melakukan kejahatan!”, ”mungkin itu firasatmu saja Rez”
jawabku. Reza tiba-tiba beranjak dari meja dan mengajakku untuk ikut
bersamanya, “ayo ikut aku zaky!, oh iya
Arif, tolong jaga Nisa ya” kata Reza,”iya insyaallah, selama aku sanggup, pasti
aku menjaganya!” jawab arif, “hati-hati ya mas” kata Nisa sambil memberikan
sesuatu.
Akupun
tanpa pikir panjang langsung mengikuti Reza yang sedang mengawasi sekeliling, dan
akupun bertanya “sebenarnya apa makna dari isi ancaman itu yang kamu analisa
Rez?”, “menurutku, itu cara mereka untuk mengelabui orang-orang”, “hanya
mengelabui?, jadi tujuan mereka itu apa?, dan bagaimana kau bisa tahu?”, “lihat
saja nanti, tidak ada waktu lagi untuk bersantai-santai!, aku akan menelpon
polisi dan pergi ke tempat yang di incar oleh para pencuri itu, tapi kau
bersiap-siap di dekat Zainal, aku takut mereka akan mengambil Sandra jika rencana
mereka gagal!”, “baiklah, tapi berjanjilah kau akan member tahu analisismu
ketika ini selesai!”. Akupun langsung menuju belakang panggung, panggung tempat
Zainal dan istrinya duduk dan menerima ucapan selamat dari tamu-tamu yang
datang.
Tak
lama kemudian, ketika ada seorang photographer yang sedang mengabadikan acara
pernikahan ini, tiba-tiba lampu mati serentak, yang membuat pandangan kita
menjadi terbatas, dan ada beberapa tamu yang merasa gelisah yang membuat isi
gedung itu makin tak tenang. Terlihat olehku seseorang yang mencurigakan lewat
menuju panggung, tanpa pikir panjang akupun mengikutinya. Tak lama kemudian
akhirnya lapu pun kembali menyala, dan terlihat Reza sedang memegang tangan
seseorang yang sedang memegang mahkota berlian curian dari sebuah patung yang
sangat berhargadi tengah-tengah gedung, Reza pun langsung melumpuhkan pencuri
itu dengan mudah. “Ternyata, tujuan ancaman itu hanya mengelabui kita untuk
mencuri mahkota berlian, kalau itu sih tidak terlalu sulit” gumamku.
Akupun
langsung kembali dan menghampiri Reza, dan ternyata masih ada dua kawanan
pencuri yang berusaha menyerang Reza. salah satu pencuri ada yang hendak
memukulnya, Reza langsung melawannya dengan tendangan belakang berputar yang
langsung mengenai kepala pencuri itu. Ada seorang pencuri lagi yang hendak
melempar Reza dengan meja, belum sempat ia melempar, aku langsung memukul
lehernya dari belakan yang membuat ia pingsan. Lalu kami menangkap para pencuri
itu, dan hendak kami serahkan pada polisi.
Ku
kira kejadian itu telah selesai dengan tertangkapnya 3 orang penjahat, tapi aku
lupa dengan seseorang mencurigakan yang lewat di hadapanku. Akupun langsung
mengatakannya pada Reza, ketika ku memanggilnya, tiba-tiba terdengar suara
tembakan “door…”, serasa kebahagiaan menghilang sejenak, terdengar jeritan dan
kecekaman mengisi seisi gedung, setelah ku lihat, diriku kaget melihat Reza
tertembak ketika aku memanggilnya.
Aku
langsung reflek mencari dari arah mana tembakan itu berasal, setelah ku temukan
aku langsung mengejar orang salah satu kawanan pencuri itu yang telah menembak
Reza, pandangan gelap aku langsung menghabisinya dengan beribu-ribu tendangan dan
diakhiri dengan tendangan berputar yg membuatnya terpental dan menghantam kaca
jendela keluar gedung. Dan ternyata polisi telah menegepung dan menagkapnya.
Setelah
polisi membereskan semuanya, diriku langsung kembali menuju tempat di mana Reza
di amankan, setelah ku lihat ternyata Reza baik-baik saja, akupun heran dan
bertanya pada Rifa’I yang ada di sampingnya sebenarnya apa yang terjadi. Rifa’I
menjelaskan “memang benar tadi Reza tertembak tapi Alhamdulillah peluru yang
mengarah pada Reza ternyata hanya mengenai benda ini yang ada di saku bajunya.”
sambil menunjuk gantungan kunci yang dihiasi dengan cincin pernikahan. “alhamdulillah,
oh iya sekarang aku ingat, sebelum kita pergi dia mendapat sesuatu dari calon
istrinya ya, dan menyimpan di sakunya ya.”, kataku. “Alhamdulillah mas Reza
tidak kenapa-kenapa, tetapi itu juga kan karena perindungan allah SWT, jadi
kita harus bersyukur kepada allah SWT” nisa menambahkan.
Kasus
ini berakhir dengan lancar dan tidak menimbulkan korban jiwa, dan membuat
keadaan menjadi damai. Beberapa bulan kemudian Reza yang berencana untuk
menikahi khoirunnisa, akhirnya terlaksana juga. dan beberapa tahun kemudian dia
berhasil menjadikan Indonesia menjadi peradaban dunia, yang orang-orang di
dalamnya hidup rukun dan damai, dengan menjalankan Islam yang sesungguhnya.
0 komentar:
Posting Komentar