Kamis, 03 Mei 2012

Rizki Yang Besar Dari Yang Kecil



Pada suatu hari, ketika aku selesai dari pekerjaanku dan  sedang bersantai-santi di ruang kerjaku, ku d kagetkan oleh sebuah surat yang di sodorkan oleh pegawai yang bekerja di sini. Awalnya aku merasa heran, karena jarang sekali seorang dokter yang menerima surat di ruang kerjanya, tetapi karena pengirimnya teman kenalanku yang bernama “zainal”, sekarang dia telah menjadi direktur perusahaan, jadi aku tak heran jika menerima surat di kantorku. Tanpa basa basi lagi akupun membuka, dan membaca isi surat tersebut. Surat tersebut memberitahuku bahwa “zainal” mengundangku ke acara penrnikahannya di gedung “Mount village” bertapatan di gunung bunder, “wah pasti acaranya sangat mewah ya” gumamku.
Karena temanku  ini sangat terkemuka, pasti orang-orang penting seperti sahabatku ini di undang, karena sahabatku ini orang yang sangat penting yang membawa perubahan peradaban di bogor dan sangat terkenal di Indonesia. Untuk memastikannya akupun menelepon sahabatku yang tak lain ialah “Reza”. Ketika ku menelponnya aku bertanya padanya apakah kamu mendapat undangan dan akan hadir dalam acara itu, “insyaallah” reza menjawab dengan santai, dan kami pun sepakat untuk berangkat bersama ke acara tersebut.
Suatu malam, hari di saat acara itu di laksanakan, banyak bintang yang bertaburan di langit bagaikan kismis yang bertaburan pada roti yang dikatakan oleh Rutherford pada teori atomnya. Akupun berangkat menjemput sahabatku. Sama yang dikatakan tsebelumnya bahwa sahabatku ini oang yang sangat terkemuka, dia telah menjadi sahabatku menjadi sejak SMA, karena kecerdasan dan ketenangannya dalam suatu masalah, ia menjadi orang yang bisa merubah bogor raya ini menjadi orang-orang baik. Dia bercita-cita untuk menjadikan Indonesia menjadi peradaban dunia, yang berisikan orang-orang yang baik dan menciptakan kedamaian dunia.
Ketika diriku sampai di rumahnya, aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam, “assalamualaikum”, terdengar balasan salam yang suaranya bagaikan air yang mengalir, “waalaikumsalam”. Pintu rumah itu terbuka dan terlihatlah seorang pemuda yang sangat gagah dan terlihat berwibawa menyambutku, dialah sahabatku yang bernama “Reza”. Dia mempersilahkan diriku duduk sambil berkata “wah zaky, gimana kabarnya, sehat?”, “Alhamdulillah sehat” jawabku, “kalau kamu sendiri gimana kabarnya?” Tanyaku, “Alhamdulillah allah masih memberikanku kesehatan” jawabnya sambil menuangkan teh dan melanyuguhiku the manis dan kue brownis. Didalam rumahnya kami berbincang-bincang dan bersiap untuk berangkat ke acara pernikahan teman kami.
Tak terasa waktu telah berlalu, kita pun langsung menaiki ford milikku yang sering ku pakai tadi, ketika di tengah jalan dia bertanya padaku “bagaimana perasaanmu jika kamu telah menemukan sesuatu sangat impi-impikan telah di temukan?”,” kalau menurutku sih pasti sangat bahagia, memangnya ada apa? Sampai-sampai kamu menanyakan hal seperti itu?”, ”ya sebenarnya, allah telah  mentadirkan aku telah menemukan pasangan hidup ku”, ”Alhamdulillah, wah ditunggu aja ya traktirannya loh” sambil tertawa kecil, “orangnya kaya gimana rez?” tanyaku, “nanti saja kita lihat, dia ikut hadir di acara ini”, “ok!”.
Di tengah jalan kami berhenti sejenak, untuk menikmati pemandangan dari gunung bunder, dan tak disangka-sangka pemandangan yang kulihat di jepang, campuran salju dengan sinar matahari yg di namakan diamond dust hampir sama dengan yang kulihat disini. “subhanallah! Benar-benar indah ciptaan allah ini, kelap-kelip cahaya bintang bercampur dengan lampu rumah bagaikan diamond dust yang berkilauan” ujarku. Setelah terpesona beberapa menit, Reza langsung mengajakku melanjutkan perjalanan, dan tidak lama kemudian kita pun sampai di gedung “Mount village”, tempat berlangsungnya pernikahan teman kami.
Ketika kami memasuki gedung, kami banyak berjumpa dengan teman-teman kami sewaktu SMA, salah satunya adalah Rifa’i, Alhamdulillah dia sakarang telah menjadi seorang petani yang termakmur di Indonesia karena kepintarannya dalam memanajemennya, ada juga yang telah menjadi seorang arsitektur, yang telah mendesain mejid-mesjid di kota bogor dan sarana umum lainnya, ia bernama Arif rahman. Sungguh takkalah luarbiasanya mereka, dan masih banyak lagi teman-teman SMA kita yang telah sukses.
Sebelum acara di mulai, ada seseorang menuju pada kita, dan dia mengajak kita untuk bertemu dengan teman kami yang akan menikah kali ini, yang tak lain ialan Zainal. Kami di tuntun menuju sebuah ruang yang salah satunya ruang rias pengantin. Disana kami bertemu dengan Zainal yang sedang di rias oleh piñata rias, “Assalamualaikum” ucap Reza, “waalaikumsalam” jawab Zainal, “gimana kabarnya zai? Dah siap nikah nih ceritanya?” tanyaku sambil tertwa kecil, “Alhamdulillah, sudah siap nih, oh iy syukron ya sudah datang di acara pernikahanku ini, maaf ya kalau merepotkan.”, “tenang aja kita pasti datang, ini kan acara sekali seumur hidup, itu juga kalau kamu ga nikah lagi” jawabku sambil tertawa, “ iya tenang aja, lagi pula kita sedang libur, jadi insyaallah tidak mengganggu kerja atau yang lainnya” jawab Reza, ”oh iya, ternyata seneng ya kalau yang datang itu orang-orang baik semua, dan orang-orang yang pernah membantu saya.” ujar Zainal, “alhamdulillah, kalau kita baik, pasti yang datang juga pasti yang baik-baik, begitupun sebaliknya, oleh karena itu kita harus selalu bersyukur dan selalu berbuat baik” jawab Reza, “sip!” kita berdua serempak.
Tiba-tiba Zainal terlihat resah, dan berkata “wah maaf ya aku akan merepotkan kalian lagi”, “tenang saja Zai, kita insyaallah akan membantu sebisa kami” jawabku “iya ga Rez?”, “insyaallah pasti, memangnya apa yang membuat kamu resah?” tanya Reza, “begini, sebelum acara pernikahan di mulai, tiba-tiba datang surat yang berisikan ancaman” sambil menyerahkan sepucuk surat pada Reza, di dalamnya berisi ancaman  “aku pasti akan bisa menculik permaisurimu dengan cepat secepat cahaya, dahsyatnya seperti api,  dengan datangnya petir yang menyambar”, “apakah kamu telah melaporkan surat ini pada polisi?” tanya Reza, “sudah tetapi, mereka hanya menganggap itu hanya surat mainan, atau orang yang iri saja, jadi harapanku hanyalah kalian berdua, pasangan detektif sejak SMA.”, “tenang saja kita berdua akan menyelidikinya dan berjaga-jaga jika ancaman ini benar terjadi, menurutmu bagaimana rez?”, “pastinya ini akan menjadi hal yang menarik”.
Ketika acara akan dimulai, mereka menyudahi perbincangan mereka dan karena kita tidak mau mengganggu acaranya, sebelum kita keluar, Zainal berkata “silahkan nikmati sajian yang tersedia”, “tentu saja” jawabku, sambil tersenyum. Kita kembali berjalan menuju lobby tempat berkumpulnya tamu-tamu undangan. Di jalan kami melanjutkan kembali perbincangan, “wah terkadang kalau iri itu terkadang muncul ya di hati manusia, entah orang yang imannya kuat, apalagi orang biasa”, “memang benar, iri itu sudah menjadi penyakit manusia yang sulit terobati, kita harus bisa ikhlas agar penyakit yang salah satunya itu iri bisa terobati, dan jika kita bisa melewatinya, kita akan mendapat balasan yang lebih.”, “ya, memang mengikhlaskan sesuatu itu terkadang sangat sulit, oh iya di mana orang yang kamu ceritakan tadi? Katanya dia datang juga ke sini?” tanyaku, “ kalau itu, dia ada di sana” sambil menuju pada orang yang sedang mengobrol dengan teman-temannya.
Ketika kami bertemu dengan salah seorang perempuan yang berpakaian rapih Reza mengucapkan salam “Assalamualaikum”, “waalaikumsalam” balasnya lembut, “Zaky ini dia akhwat yang akan menjadi pasangan hidupku ini”, “owh, ini orang yang kamu ceritakan tadi waktu kita di jalan, benar-benar serasi ya dengan kamu”, “terimakasih, sebelumnya perkenalkan nama saya Khoirun nisa, jika allah memang benar-benar menjodohkan kami, insyaallah tidak lama lagi kita berdua akan menikah”, “wah Rez, kamu tidak bilang-bilang juga nih mau langsung nikah?”, “kalau memang sudah jodoh, tidak perlu menunggu-nunggu lagi, walaupun itu baru rencana saja”, “betul-betul, saya berdo’a semoga kalian di lancarkan deh, amin”, “terimakasih, oh iya gimana kalau kita menikmati hidangan yang sudah di sediakan?, biar dapat pahala yang menyediakannya juga kan”, “boleh tuh, yu kita pilih” jawabku.
Kamipun melanjutkan perbincangan kami sambil menyantap hidangan prasmanan yang telah di sediakan bersama dengan kawan-kawan, yang kebetulan sekali sedang menyantap hidangan juga. Dalam acara ini Selain acara makan-makan, bagi orang-orang yang ingin mengabadikannya bisa ikut foto bersama-sama. Ketika kami sedang manyantapnya, Reza berkata “Zaky, apa kamu merasa aneh? Aku merasakan orang-orang yang mencurigakan akan melakukan kejahatan!”, ”mungkin itu firasatmu saja Rez” jawabku. Reza tiba-tiba beranjak dari meja dan mengajakku untuk ikut bersamanya, “ayo ikut aku zaky!,  oh iya Arif, tolong jaga Nisa ya” kata Reza,”iya insyaallah, selama aku sanggup, pasti aku menjaganya!” jawab arif, “hati-hati ya mas” kata Nisa sambil memberikan sesuatu.
Akupun tanpa pikir panjang langsung mengikuti Reza yang sedang mengawasi sekeliling, dan akupun bertanya “sebenarnya apa makna dari isi ancaman itu yang kamu analisa Rez?”, “menurutku, itu cara mereka untuk mengelabui orang-orang”, “hanya mengelabui?, jadi tujuan mereka itu apa?, dan bagaimana kau bisa tahu?”, “lihat saja nanti, tidak ada waktu lagi untuk bersantai-santai!, aku akan menelpon polisi dan pergi ke tempat yang di incar oleh para pencuri itu, tapi kau bersiap-siap di dekat Zainal, aku takut mereka akan mengambil Sandra jika rencana mereka gagal!”, “baiklah, tapi berjanjilah kau akan member tahu analisismu ketika ini selesai!”. Akupun langsung menuju belakang panggung, panggung tempat Zainal dan istrinya duduk dan menerima ucapan selamat dari tamu-tamu yang datang.
Tak lama kemudian, ketika ada seorang photographer yang sedang mengabadikan acara pernikahan ini, tiba-tiba lampu mati serentak, yang membuat pandangan kita menjadi terbatas, dan ada beberapa tamu yang merasa gelisah yang membuat isi gedung itu makin tak tenang. Terlihat olehku seseorang yang mencurigakan lewat menuju panggung, tanpa pikir panjang akupun mengikutinya. Tak lama kemudian akhirnya lapu pun kembali menyala, dan terlihat Reza sedang memegang tangan seseorang yang sedang memegang mahkota berlian curian dari sebuah patung yang sangat berhargadi tengah-tengah gedung, Reza pun langsung melumpuhkan pencuri itu dengan mudah. “Ternyata, tujuan ancaman itu hanya mengelabui kita untuk mencuri mahkota berlian, kalau itu sih tidak terlalu sulit” gumamku.
Akupun langsung kembali dan menghampiri Reza, dan ternyata masih ada dua kawanan pencuri yang berusaha menyerang Reza. salah satu pencuri ada yang hendak memukulnya, Reza langsung melawannya dengan tendangan belakang berputar yang langsung mengenai kepala pencuri itu. Ada seorang pencuri lagi yang hendak melempar Reza dengan meja, belum sempat ia melempar, aku langsung memukul lehernya dari belakan yang membuat ia pingsan. Lalu kami menangkap para pencuri itu, dan hendak kami serahkan pada polisi.
Ku kira kejadian itu telah selesai dengan tertangkapnya 3 orang penjahat, tapi aku lupa dengan seseorang mencurigakan yang lewat di hadapanku. Akupun langsung mengatakannya pada Reza, ketika ku memanggilnya, tiba-tiba terdengar suara tembakan “door…”, serasa kebahagiaan menghilang sejenak, terdengar jeritan dan kecekaman mengisi seisi gedung, setelah ku lihat, diriku kaget melihat Reza tertembak ketika aku memanggilnya.
Aku langsung reflek mencari dari arah mana tembakan itu berasal, setelah ku temukan aku langsung mengejar orang salah satu kawanan pencuri itu yang telah menembak Reza, pandangan gelap aku langsung menghabisinya dengan beribu-ribu tendangan dan diakhiri dengan tendangan berputar yg membuatnya terpental dan menghantam kaca jendela keluar gedung. Dan ternyata polisi telah menegepung dan menagkapnya.
Setelah polisi membereskan semuanya, diriku langsung kembali menuju tempat di mana Reza di amankan, setelah ku lihat ternyata Reza baik-baik saja, akupun heran dan bertanya pada Rifa’I yang ada di sampingnya sebenarnya apa yang terjadi. Rifa’I menjelaskan “memang benar tadi Reza tertembak tapi Alhamdulillah peluru yang mengarah pada Reza ternyata hanya mengenai benda ini yang ada di saku bajunya.” sambil menunjuk gantungan kunci yang dihiasi dengan cincin pernikahan. “alhamdulillah, oh iya sekarang aku ingat, sebelum kita pergi dia mendapat sesuatu dari calon istrinya ya, dan menyimpan di sakunya ya.”, kataku. “Alhamdulillah mas Reza tidak kenapa-kenapa, tetapi itu juga kan karena perindungan allah SWT, jadi kita harus bersyukur kepada allah SWT” nisa menambahkan.
Kasus ini berakhir dengan lancar dan tidak menimbulkan korban jiwa, dan membuat keadaan menjadi damai. Beberapa bulan kemudian Reza yang berencana untuk menikahi khoirunnisa, akhirnya terlaksana juga. dan beberapa tahun kemudian dia berhasil menjadikan Indonesia menjadi peradaban dunia, yang orang-orang di dalamnya hidup rukun dan damai, dengan menjalankan Islam yang sesungguhnya.

0 komentar:

Posting Komentar